“The day when I was with you, that
warm day that was filled with you, the passing wind remembers you back then”
Krik krik…..
Sumpah arti bait pertama lagu K.Will
sama Baekhyun ini kampret banget. Iya kampret. Apalagi the whole song is
such a damn thing that reminds me of him. Aseli 95 persen cocok sama kisah
aku. Tapi ya bukan gara- gara angin berhembus juga sih.
Honestly, begitu lagu ini dirilis tadi malam,
internet menjadi sasaran pertama ketika bangun tidur pagi tadi. Jempol- jempol
tangan mulai mengetik judul lagu yang menjadi incaran pemiliknya. Secara ini
K.Will, duetnya sama Baekhyun. Awalnya nurani berekspektasi kalo lagunya bakal happy
song or somewhat. But, begitu download terus dengerin, oke fix
nurani merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Tergerak mencari arti lagunya,
lebih fix lagi perasaan gw ambyar seambyar- ambyarnya. Anjir alay banget. Tapi
beneran.
Buat kalian yang baca postingan
sebelumnya, ‘monyet’ itu bakal dibahas lagi di sini. Jadi, kita dulu berteman.
Sampai sekarang. Dulu aku suka curhat, sekarang aku suka iseng basa- basi
gangguin dia. Dulu kita duduk depan- belakang, tapi sekarang, meskipun masih
sama- sama berpijak di Pulau Jawa, jarak kita beratus- ratus kilometer.
Let me say ‘hi’ first to you there :)
Dari lirik bait pertama tadi, cukup
(bahkan lebih dari cukup) membuat flashback. Entah bagaimana awalnya
sehingga aku dan dia menjadi dekat, entah bagaimana ketika aku dan dia sesekali
tidak menghiraukan guru dan kejar- kejaran di kelas, hingga ketika aku dan dia
nyaris ketinggalan waktu sholat ashar dan berlari bersama menuju mushola
terdekat untuk mengejar waktu. Idih, berasa ngejar surga bareng gitu ya haha.
Alay lagi anjir. Tapi biar.
“Kamu duluan aja, biar kalo jatuh
aku tau.” Asem lah ini nurani udah bener- bener berontak berusaha
meyakinkan diri kalo itu sepikan. Tapi tidak mungkin. Aku temannya, jadi wajar
saja. Untung kaki kanan tidak langsung merespon dengan cara keseleo.
Yang ada malah keburu maghrib.
Yep, itu kasus pertama yang menurut
sejarah paling berkesan.
Lanjut kasus kedua. “I’m missing you
again. I’m thinking of you especially more today. The warm wind remembers you
back then”. Aduh Gusti, ini lagu sebenarnya didedikasikan buat siapa sih? And
i’m sure, I’m not the only one who feels it.
Benar saja sika lirik tersebut berkata
begitu. Gara- gara itu juga sebenarnya hati ini meminta untuk ditegarkan.
Bahkan angin pun mengerti. Lebih dari hangat, angin Surabaya panas coy
busetdah. Memikirkan hal seperti ini saja bikin keringetan. Mengambyarkan
perasaan juga butuh tenaga rupanya.
Hakikatnya tidak hanya hari ini saja
aku merasakan rindu yang teramat sangat. Kemarin pun begitu. Kemarin lusa,
beberapa hari lalu, dua kali dalam seminngu, hingga waktu yang tidak pasti,
seringkali benak ini merasa ada sesauatu yang mengganjal. Ada rasa ingin jumpa,
ingin menyapa, serta menghabiskan beberapa menit saja untuk berbicara
dengannya. Tetapi sekali lagi, aku dan dia jauh. Dalam hal jarak maupun hati.
Aish tai banget.
"I
walked for a while. Then I stopped and when I look back, it feels like you
would be standing there just like that day”
Mimpi aja keleus. Kapan coba waktu itu
akan datang? Kapan dia akan berdiri untuk aku? Buat nagih utang sih iya wk. Ga
juga ding. Sekali itu pernah, dia datang. Iya datang. Percaya gak? Udah percaya
aja. Tapi mungkin saat itu kemampuanku untuk notice something sedang
tidak bekerja. Orang di depanku berceletuk. Bukan aku yang diajak berbicara.
Aku menengok ke belakang. It’s him. Is it real? He really comes.
Finally. I’m so happy, of course.
Pertemuan
hari itu memang singkat. Aku bersyukur Tuhan masih memberiku kesempatan itu. Ya,
for me everyday is a chance. Tuhan masih memberiku waktu untuk merubah diri
menjadi lebih baik. Mungkin untuknya, untuk diriku sendiri, atau mungkin untuk
‘monyet’ lain.
“No matter how much I long for you,
you back then. I remember you, I remember”