"Kalah
menang, jatuh bangun, unggul dan tertinggal adalah hal biasa dalam suatu
pertandingan. Semua ada proses dan usahanya. Kita sebagai penonton tidak usah
sewot, komentar ini itu, mencemooh, dan menghujat seenaknya."
Di sini saya
berbicara sebagai penonton, penikmat olahraga bulutangkis. Saya tidak menonton
untuk mengevaluasi (permainan) mereka. Melainkan untuk refreshing, menikmati
pertandingan, dan mendukung mereka secara penuh. Saya tidak ingin mereka down
gara- gara komentar- komentar buruk penonton yang sebagian besar 'asal
nyeplos' dan 'tidak bertanggung jawab'.
Pertama,
mengapa di sini saya katakan 'asal nyeplos'? Jelas saja karena mereka
(penonton) tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di atas dan di balik
lapangan. Begitu pula saya yang juga tidak tahu menahu. Jadi ya saya diam saja,
hanya fokus mendukung dan berdoa yang terbaik. Kedua, mengapa saya katakan 'tidak
bertanggung jawab'? Karena apapun yang mereka katakan tentu tidak akan
memberi timbal balik bagi pemain. Apa iya setelah mereka (penonton) menghujat,
lantas pemain-pemain tersebut akan sontak merubah permainannya? Apa iya
penonton turut bertanggung jawab atas kekalahan atau kemenangan pemain? Tentu
saja tidak. Sebagai penonton boleh saja kecewa, tapi tidak usah lah ikut-
ikutan mengevaluasi apa yang terjadi di lapangan. Tidak usah lah mengungkit-ungkit
kejelekan-kejelekan pemain.
Then, i write what i want to write. I write what i think. Mungkin tulisan ini terkesan random karena jujur saja telinga dan mulut saya gatal rasanya ketika kemarin, saat menonton Indonesia Grand Prix Gold, penonton di belakang saya tidak ada habis-habisnya melontarkan komentar- komentar negatif mengenai pemain. Awalnya dia hanya berkomentar mengenai masa depan bulutangkis Indonesia. "Coba nih kalo si Butet pensiun, abis udah pemain kita."
Mendengar
statement itu saya mulai tergugah untuk menguping. Ya, menguping. Saya
penasaran apa yang akan dia katakan selanjutnya. Ingin marah saja rasanya. Jika
dia berkata begitu, lantas apa yang dia lihat sejak hari pertama Indonesia GPG?
Punggawa- punggawa Indonesia yang berlaga, bukankah mereka juga yang akan
menjadi generasi penerus bulutangkis Indonesia? Memangnya Indonesia hanya punya
Butet? Tidak.
Memang benar
bahwa Butet pemain yang bagus, bahkan sangat bagus menurut saya. Siapa yang
tidak tahu dia? Pribadi yang gigih, tangguh, dan pantang menyerah untuk
bulutangkis Indonesia. Karir bulutangkis yang ia tekuni sejak SD, hingga
sekarang usianya mencapai kepala 3, menjadi ujung tombak ganda campuran
Indonesia bersama Nova Widianto, hingga sekarang bersama Tontowi Ahmad. Menjadi
juara dunia, juara All-England, dan juara di hati penonton #tsah.
Hal ini juga
berlaku bagi pemain-pemain lain. Banyak sekali pengorbanan yang mereka lakukan
demi bulutangkis Indonesia. Mereka-mereka yang sejak kecil berlatih setiap
hari, jatuh bangun dalam berbagai pertandingan, mengikuti berbagai perlomabaan
daerah hingga seleksi pelatnas, bahkan ada yang rela meninggalkan pentingnya
mengenyam pendidikan, semua dikarenakan kecintaan mereka pada bulutangkis dan
Indonesia. Terlebih lagi jika sudah seperti sekarang, waktu bersama keluarga
pun harus dikorbankan.
Sekarang begini saja. Apa kalian pernah tahu secara langsung bagaimana mereka berlatih?
Apa kalian pernah tahu masalah internal/eksternal lapangan apa yang mereka alami?
Apa kalian pernah tahu bagaimana rasanya mengalami cedera ketika bermain atau berlatih sehingga harus rela melewatkan beberapa pertandingan?
Apa kalian pernah tahu bagaimana senangnya mereka saat mendengar teriakan-teriakan penyupply semangat seperti "IN-DO-NE-SIA" "IN-DO-NE-SIA" "HUU-HAA" "EAAA" "EAAA" yang selalu dikumandangkan setiap kali mereka berlaga?
Apa kalian pernah tahu bagaimana tekanan yang mereka alami saat mengalami kekalahan? Bahkan jika menerima cemoohan- cemoohan dari penonton?
Sekarang begini saja. Apa kalian pernah tahu secara langsung bagaimana mereka berlatih?
Apa kalian pernah tahu masalah internal/eksternal lapangan apa yang mereka alami?
Apa kalian pernah tahu bagaimana rasanya mengalami cedera ketika bermain atau berlatih sehingga harus rela melewatkan beberapa pertandingan?
Apa kalian pernah tahu bagaimana senangnya mereka saat mendengar teriakan-teriakan penyupply semangat seperti "IN-DO-NE-SIA" "IN-DO-NE-SIA" "HUU-HAA" "EAAA" "EAAA" yang selalu dikumandangkan setiap kali mereka berlaga?
Apa kalian pernah tahu bagaimana tekanan yang mereka alami saat mengalami kekalahan? Bahkan jika menerima cemoohan- cemoohan dari penonton?
By the way, dari realita yang saya pernah tahu, dari beberapa media sosial yang saya ikuti, dan cukup membuat saya terkejut, tersentuh, serta terkadang tidak habis pikir. Saat kalian sibuk komentar ini itu, chit and chat, but at the other side, orang yang kalian bicarakan bersikap mengejutkan. Mungkin jauh di luar pemikiran saya. Apa sih salah seorang Ihsan Maulana sampai- sampai dia melontarkan tweet seperti ini?
Selain itu, postingan Butet di instagram setelah World Championship 2015 kemarin juga membuat saya sadar, sangat sangat sadar bahwa perjuangan punggawa- punggawa bulutangkis kita tidak main- main dan tidak bisa diremehkan. Bayangkan saja, seorang pemain kelas dunia bertanya apa yang harus dievaluasi. Padahal, she's totally great. And i'm so proud of her and the others do so. Serta masih banyak statement lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Apa kalian lupa akan apa saja yang telah mereka berikan untuk negeri ini? Di tengah carut- marut pemerintahannya, mereka tetap berusaha untuk mengibarkan merah putih di tempat tertinggi. Bahkan gelar juara yang disabet saat malam kemerdekaan pun rupanya tidak begitu mendapat perhatian dari pemerintah kita. Yang ada dalam bayangan saya, Hendra Setiawan- Mohamad Ahsan akan diundang sebagai undangan VIP untuk menghadiri upacara Agustusan di Istana negara untuk menerima penghargaan secara langsung. But see? Nothing happens at all.
Parahnya lagi, penonton belakang saya ini bilang "Ya udah sih jelas aja mereka (Rian-Berry) realistis kalo cuma sampe semifinal. Toh mereka juga kaya gitu kan mainnya. Liat aja si Kido mainnya begitu. Pasti mereka juga udah puas dilihat dari realita yang ada." Hellooooo, it such as the most foolish comment that i've ever heard. Ga ada pemain yang puas kalo belum main bagus, kalo belum juara. Bahkan yang sudah juara pun terkadang belum puas akan pencapaiannya. Dan syukurlah, finally Rian-Berry bisa mengalahkan Kido dan menghajar Chai Biao- Hong Wei di final. Saya pun mulai membatin. Ini orang bego ato gimana sih? Kalo emang bego, bisanya cuma menilai, ga usah sok- sokan nonton deh mending. Ga usah sok- sokan mendukung mereka, sok- sokan ngejar mereka demi foto bareng kalo cuma buat komentar negatif. Buang- buang duit juga kan? Udah jauh- jauh ke GOR malah live commentary sendiri. Enak juga di rumah dengerin Susi Susanti ato Ivana Lie berkomentar. Ada juga kalo ketemu saya malah saya hajar dengar statement yang justru bakal bikin Anda malu dan menyesal telah menonton pertandingan bulutangkis.
Least but not last, anyway, sadar atau tidak, jatah
penayangan pertandingan bulutangkis dan olahraga lain juga sangat limited sekali.
Otomatis jarang sekali yang menonton pertandingan- pertandingan mereka secara langung
jika tidak melalui teve-teve kabel. Mungkin kalian sebagai penonton hanya
mengetahui hasil akhirnya saja, kan? Jadi, tidak usah sewot lah. Toh kalian
tinggal menikmati pertandingannya dan mendukung mereka. MAJU TERUS BULUTANGKIS
INDONESIA!!! SEMANGAT PAHLAWAN- PAHLAWAN OLAHRAGAKU, KEBANGGAAN KITA SEMUA!!!!